Rabu, 23 November 2016

batik pesisir nusantara kaya ragam

Batik Pesisir Nusantara Kaya Ragam

21Jun11
Weekend ini saya menyempatkan diri untuk menghadiri pameran batik, sebenarnya pameran tekstil dari Pameran Adi Wastra Nusantara 2011, Wastra adalah Kain dan Adi adalah unggul, jadi pameran keunggulan tekstil nusantara promiso wastra adati seperti batik, ikat, lurik, songket, jumputan, sasirangan dan lain-lain.
Selain stand pameran serta tampilan beberapa UKM dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari stand toko batik terkenal sampai juga menyajikan pameran langsung ibu-ibu yang sedang menyulam dan membatik kain. Seni Serat (Tapestry) tak kalah menariknya juga ditampilkan.
Namun Batik menjadi ikon utama dalam pameran yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center yang dipusatkan di Hall A dan B ini. Di pintu masuk dijejer banyak kain batik lama, yang merupakan model batik pesisir di Indonesia. Beberapa dipamerkan disertakan dengan penjelasan asal daerah, motif serta pengaruh dari corak kainnya. Batik-batik tersebut sudah berumur lebih 100 tahun yang tentu harganya luar biasa pula. Namun beberapa stand lain menjual kain dan pakaian batik dengan harga yang kompetitif.
Beberapa informasi menarik tentang Batik di daerah pesisirpun menjadi pengetahuan tambahan buat saya. Menarik untuk dibagikan dalam blog ini.
Batik Kudus
Batik berhiaskan kaligrafi Arab yang saat ini dibuat di Cirebon, Jambi dan Bengkulu awalnya dibuat di Demak dan Kudus. Kemudian di daerah tersebut berkembang batik jenis lain. Pada Umumnya latarnya luar biasa rumit dan berwarna cokelat. Corak utamanya bisa buketan, bunga, burung dan kupu-kupu.
Batik Garut
Warna dan ragam hias batik Garut lebih mendekati kedua tetangganya, Ciamis dan Tasikmalaya. Namun tidak lepas dari pengaruh Solo-Yogya maupun Pekalongan dan Cirebon. Kebudayaan Cina dan Belanda yang diadaptasi batik pesisir, tidak luput juga mepengaruhi batik Garut.
Batik Pekalongan
Walaupun Pekalongan bukan penghasil batik pesisir tertua, namun paling halus dan sampai sekarang penghasil batik utama. Ragam hias Hindu-Jawa melekat namun tidak seperti Solo-Yogya yang terikat peraturan-peraturan keraton. Pembatik santri di Pekalongan pun menerapkan seni hias dari nuansa Islam.
Pengaruh dominannya datang dari Cina dan Belanda, dan akibat paparan dengan berbagai budaya, sangat berbeda dengan batik di pedalaman Jawa. Warna lebih beraneka dan ragam hiasnya naturalistis.
Sarung Bang Ungon (1900) Badan : Merak latar gribigan. Kepala : Pasung mainan.
Batik Lasem
Lasem dulu terkenal dengan warna merahnya yang dijuluki abang getih pithik (merah darah ayam).  Salah satu ciri khas Batik Lasem dan blangkon adalah bunga anyelir atau carnation, yang disebut celuki atau teluki.
Batik Banyumas
Banyumas terkenal corak batik ayam puger, diilhami kedatangan Pangeran Puger ke daerah itu, ketika terjadi perang saudara di Mataram dan mengungsi  di daerah itu. Ragam hiasnya banyak dipengaruhi Solo seperti parang curiga, lar, tambal dan sebagainya. Namun mempunyai corak khas seperti plonto galaran slir parang klitik, godong lumbu atau daun keladi, jahe serimpang dan ayam puger. Selain itu motif berbau Eropa seperti bunga, buah anggur berbagai binatang sampai Cupido serta motif motologi Cina.
Batik Batang
Kota Batang menghasilkan batik bukan sembarang batik, ciri batik sama seperti Pekalongan, tetapi warnanya lebih kelam. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari Batik bang biron berwarna kopi susu, sedang di Pekalongan berwarna krem.
Batik Tegal
Corak batik Tegal terlihat besar, seperti fauna dan flora dan juga lar atau sayap garuda. Ada corak gribigan, beras mawur, batu pecah, ukel dan corak yang disebut kuku macan dan tapak kebo. Batik di kota ini tidak luput dari pengaruh Cina dan Belanda terutama tetangganya Pekalongan. Bedanya di variasi warna, Pekalongan warna pada badan biasanya lebih muda dan Batik Tegal tidak terlalu banyak memakai isen-isen.
Batik Madura
Warna utama batik Madura umumnya merah, merah tua atau jingga, biru tua, hijau tua, hitam dan putih. Di daerah Pamekasan, batik Madura kemudian juga mulai menggunakan warna seperti biru muda, cokelat muda mengikuti perkembangan zaman. Ragam hias batik Madura bersifat naturalistis., apa yang dilihat di alam sekitar, itulah yang digambar. Contohnya, ayam bekisar, udang, kepiting maupun tumbuh-tumbuhan. Semua itu digambarkan secara mencolok, kuat dan berani, yang merupakan ciri lain dari Batik Madura.
Ragam hias batik Madura tidak mengenal stilisasi. Semua bentuk diwujudkan secara utuh, tidak membentuk simbol-simbol tertentu. Coraknya biasanya digambarkan besar-besar sehingga motif yang kecil-kecil tidak menonjol. Ini erat hubungannya dengan sifat alamnya yang keras, dan watak orang Madura yang berani dan tegas.
Batik Sidoarjo
Sidoarjo terletak di sebelah selatan Pulau Madura. Memang bermukim banyak orang Madura maka tidak heran kalo kita melihat ciri-ciri yang mengingatkan pada batik Madura. Seperti warna merah tua, biru dan hijau yang berani.
Garis-garis pada batiknya pun tegas dan motifnya besar. Namun Sidoarjo sudah jarang berperan lagi sebagai penghasil batik yang mengagumkan.
Batik Djawa Hokokai
Ketika Indonesia dijajah oleh Jepang, muncul jenis batik pesisir yang berbeda daripada sebelumnya, terutama di Pekalongan dan sekitarnya seperti Kedungwuni dan Batang. Batik itu disebut Batik Djawa Hokokai, menurut organisasi bentukan Jepang yang beranggotakan orang Indonesia. Ciri utamanya adalah warnanya sangat beraneka ragam. Bentuknya hampir selalu kain panjang dua sisi, artinya pada satu badan terdapat dua desain yang berbeda. Mungkin karena kelangkaan kain, sehelai batik bisa dipakai pagi dan sore tanpa kentara kalau kainnya itu-itu juga.
Batik Belanda
Pada abad XVII-XVIII pakaian orang Eropa terutama Indo-Belanda disesuaikan dengan iklim tropis. Sejak pertengahan abad XVIII mereka mulai beralih ke kain batik dan kebaya untuk pakaian sehari-hari di rumah. Kebayanya putih longgar, diberi tepian renda. Lelakinya di rumah mengenakan celana batik longgar yang nyaman.
Ragam hias setempat dan ragam hias Cina mulai ditambahi ragam hias pilihan wanita Indo-Eropa terinspirasi dari gambar pada kartu pos, majalah-majalah bergambar, buku-buku dsb, yang datang dari Eropa. Warnapun disesuaikan selera dengan memperkenalkan warna-warni pastel yang lembut.
Gendongan – memberi rasa aman
Menurut keterangannya bahwa batik sudah seperti barang yang menyertai mereka dari lahir sampai meninggal, Bayi digendong atau dibuai dengan kain batik. Ranjangnya mungkin dialasi dengan batik. Kalau ia menangis, ibunya menyapu air matanya dengan ujung kain batiknya. Kemudian memanfaatkan batik sebagai selimut atau pakaian atau ikat kepala. Ketika ia tua dan meninggal, jenazahnya dibaringkan di atas hamparan kain batik atau ditutupi dengan kain batik sebelum dibawa ke makam. Perempuan Cina peranakan banyak yang dibekali batik kesayangannya saat dimasukan ke peti jenazah.
Di masa yang lampau batik memang akrab dengan manusia Indonesia dan memberi rasa aman. Selendang untuk gendongan di Tuban disebut sayut. Sayut artinya “membalut, “melingkar’, “bersatu membela sesama”. Sementara dalam bahasa Jawa Kuno sayut berarti menolak bala.
Celana Pangsi
Dulu batik memang menjadi pakaian santai sehari-hari kaum pria Eropa dan Indo-Eropa. Bukan sebagai kemeja, tapi sebagai celana. Celana pangsi adalah celana yang panjangnya lebih bawah sedikit dari lutut dan longgar sehingga nyaman dipakai. Motifnya kadang seperti pakaian wanita. Kota penghasil celana ini Pekalongan, Cirebon, Lasem, Temanggung, Madura, Juwana. Sampai sekarangpun banyak yang memakai celana pangsi karena kenyamanannya.
Motherland – Batik Madura
Ngomong-ngomong tentang Batik Madura, saya juga sempat mengunjungi stand B 219, menyajikan beberapa kain dan pakaian batik khas Madura, menarik sekali. MotherLand nama brand tokonya. Selain batik madura juga menyediakan jenis kain dan batik lainnya. Motherland hari-hari biasanya dapat dikunjungi di Blok M Square, Lt 2 Blok B No. 12 atau langsung kontak saja di 081803123480/ 087852127522.

sumber:https://asruldinazis.wordpress.com/2011/06/21/batik-pesisir-nusantara-kaya-ragam/

8 motif batik pesisir jawa yang terkenal di indonesia

8 Motif Batik Pesisir Jawa yang Terkenal di Indonesia

motif batik pesisir indonesia
MOTIF BATIK PESISIR – Motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang berbeda dengan motif batik keraton. Batik pesisir lebih bebas serta kaya motif dan warna. Mereka tidak terikat dengan aturan keraton, akan tetapi memiliki sedikit nilai filosofis. Motif batik pesisir berupa tanaman, binatang, dan ciri khas lingkungannya.
Warnanya semarak agar lebih menarik konsumen. Batik pesisiran banyak menyerap pengaruh luar, seperti pedagang asing dan para penjajah.Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh etnis Tionghoa yang juga mempopulerkan corak phoenix. Sementara itu, bangsa penjajah Eropa, khususnya Belanda juga mengambil minat pada batik.
Hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal, seperti bunga tulip dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah, misalnya gedung, kereta kuda, meriam, atau pun kapal. Warnanya pun tergantung dari kesukaan mereka, seperti warna biru.
Batik pesisir merupakan julukan untuk batik yang ditemukan di wilayah pesisir atau pantai, misalnya daerah Cirebon, Lasem, Pekalongan, Tuban, dan wilayah lainnya.

1. Batik Cirebon

Motif batik megamendung merupakan salah satu ciri khas batik cirebon. Motif megamendung yang merupakan akulturasi dengan budaya Cina tersebut dikembangkan seniman batik Cirebon sesuai cita rasa masyarakat Cirebon yang beragama Islam.
motfi batik cirebon megamendung
Motif batik ini dapat dijumpai di daerah-daerah pesisir penghasil batik lain di utara Jawa, seperti Indramayu, Pekalongan, maupun Lasem.
Kekhasan megamendung atau awan-awanan tidak saja terletak pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas seperti biru dan merah. Motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal tersebut biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.
Sejarah batik di Cirebon terkait erat dengan proses asimilasi budaya serta tradisi ritual religius. Prosesnya berlangsung sejak Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam di Cirebon sekitar abad ke-16. Sejarah batik Cirebon dimulai ketika Pelabuhan Muara Jati (Cirebon) menjadi tempat persinggahan pedagang Tiongkok, Arab, Persia, dan India.
Saat itu terjadi asimilasi dan akulturasi beragam budaya yang menghasilkan banyak tradisi baru bagi masyarakat Cirebon.
Pernikahan Putri Ong Tien dan Sunan Gunung Jati merupakan “pintu gerbang” masuknya budaya dan tradisi Tiongkok (Cina) ke keraton. Ketika keraton menjadi pusat kosmik sehingga ide atau gagasan,pernak-pernik tradisi dan budaya Cina yang masuk bersama Putri Ong Tien menjadi pusat perhatian para seniman Cirebon.
Pernak-pernik Cina yang dibawa Putri Ong Tien sebagai persembahan kepada Sunan Gunung Jati menjadi inspirasi seniman, termasuk pembatik.
Keramik cina, porselen, atau kain sutra dari zaman Dinasti Ming dan Ching yang memiliki banyak motif menginspirasi seniman Cirebon. Gambar simbol kebudayaan Cina, seperti burung hong (phoenix), liong (naga), kupu-kupu, kilin, dan banji (swastika atau simbol kehidupan abadi) menjadi akrab dengan masyarakat Cirebon.
Para pembatik keraton menuangkannya dalam karya batik. Salah satunya adalah motif batik megamendung.
Motif batik megamendung gaya Cirebon memiliki kekhasan, sehingga tidak sama persis dengan megamendung Cina. Pada megamendung dari Cina, garis-garis awan berbentuk bulatan atau lingkaran, sedangkan megamendung Cirebon cenderung lonjong, lancip, dan bebrbentuk segitiga.
motif batik cirebon
Ada pula yang menyebutkan bahwa motif batik megamendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479). Motif batik tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon karena pada awalnya seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton.
Sekarang di Cirebon, motif batik megamendung telah banyak digunakan berbagai kalangan, dari seragam batik sekolah, seragam batik para pegawai, hingga busana kasual.
Persentuhan budaya Cina dengan seniman batik di Cirebon melahirkan motif batik baru khas Cirebon dengan motif cina sebagai inspirasi. Seniman batik Cirebon kemudian mengolahnya dengan cita rasa masyarakat setempat yang beragama Islam.
Dari situ, lahirlah motif batik dengan ragam hias dan keunikan khas, seperti paksi naga liman, wadasan, patran keris, singa payung, singa barong, banjar balong, ayam alas, dan yang  paling dikenal ialah megamendung.
Meskipun motif batik megamendung terpengaruh budaya Cina, penuangannya secara fundamental berbeda. Motif batik megamendung Cirebon sarat makna religius dan filosofi. Garis-garis gambarnya merupakan simbol perjalanan hidup masyarakat dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, berumah tangga, sampai mati.
Antara lahir dan mati tersambung garis penghubung yang kesemuanya menyimbolkan kebesaran Tuhan.
Sejarah batik di Cirebon juga terkait perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan. Oleh karena itu, kendati terpengaruh motif Cina, penuangan gambarnya berbeda, dengan warna nuansa Islam.
Contohnya adalah batik dengan motif paksi naga liman. Motif batik itu merupakan simbol pesan keagamaan.
Paksi menggambarkan rajawali, naga adalah ular naga, dan liman itu gajah.Motif batik tersebut menggambarkan peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai kesempurnaan. Motif batik itu juga menggambarkan percampuran Islam, Cina dan India.
Pada motif batik megamendung, selain perjalanan manusia, juga ada pesan terkait kepemimpinan yang mengayomi, dan juga perlambang keluasan dan kesuburan.
Komarudin mengemukakan, bentuk awan merupakan simbol dunia luas, bebas, dan transenden. Ada nuansa sufisme di balik motif itu.
Membatik pada awalnya dikerjakan anggota tarekat yang mengabdi kepada keraton sebagi sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tersebut. Di Cirebon, para pengikut tarekat tinggal di Desa Trusmidan sekitarnya seperti Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah, dan Panembahan, di kecamatan Plered, kabupaten Cirebon.
Oleh karena itu, sampai sekarang batik cirebon, identik dengan batik trusmi. Masyarakat Trusmi sudah ratusan tahun mengenal batik. Keberadaan tarekat menjadikan batik Cirebon berbeda dengan batik pesisir lain. Karena yang aktif di tarekat adalah laki-laki, mereka pula yang awalnya merintis tradisi batik.
Ini berbeda dengan daerah lain, membatik hanya dikerjakan oleh wanita.
Warna-warna cerah merah dan biru yang menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena ada campur tangan laki-laki dalam proses pembuatan batik. Di Trusmi, pekerjaan membatik merupakan pekerjaan semesta. Artinya, seluruh anggota keluarga berperan, si bapak membuat rancangan gambar, ibu yang mewarnai, dan anak yang menjemurnya.
Oleh karena itu, warna-warna biru dan merah tua yang digunakan pada motif batik megamendung, menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka, dan egaliter.

2. Batik Belanda

Belanda memberi pengaruh pada desain busana di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya motif atau corak batik Little Red Riding Hood yang merupakan suatu cerita dongeng yang berkembang di Eropa, antara tahun 1840-1940 di sekitar daerah pesisir.
Suatu motif batik yang memberi pengaruh motif batik di Indonesia selanjutnya. Yang kemudian disebut sebagai Batik Belanda.
motif batik belanda
Batik Belanda awalnya diproduksi di Pekalongan pada tahun 1900. Beberapa pabrik besar yang memproduksi batik antara lain dilakukan Mrs. Eliza Charlotta van Zuylen dan Mrs. L. Metzelaar. Sedangkan batik dalam skala industri kecil dikerjakan oleh Mrs. Simonet (Nee Tan Ien Nio) dan Raden Mas Padmo Soediro.
Istilah batik Belanda ini timbul karena yang membuat batik-batik itu adalah perusahaan atau industri batik milik wanita pengusaha Indo-Eropa. Hal ini dapat dikenali dari pola-pola serta motif Eropanya.
Batik Belanda ini awal mulanya diprakarsai oleh Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles yang tertarik untuk menggunakan motif batik sebagai motif cetak pada kain. Ketika sesampainya di Indonesia, penggagas Kebun Raya Bogor ini mengirim kain-kain batik ke Inggris untuk dilakukan proses percetakan secara massal.
Di Belanda terdapat beberapa perusahaan industri batik seperti Oosterom, Metzelaar, dan Franquemont.
Uniknya kain batik yang dipakai wanita Indo ini lebih panjang dibanding kain batik yang digunakan wanita pribumi, ini dikarenakan postur tubuh wanita pribumi kala itu lebih pendek dibanding postur tubuh wanita Indo. Biasanya nyonya-nyonya Belanda atau Indo-Eropa ini menggunakan kain batik sebagai bahan untuk rok, bukan tapih atau jarik seperti yang dilakukan wanita pribumi.
Bahkan kain batik ini dibuat seperti baju-baju yang populer masa itu. Sedangkan pria menggunakan kain batik sebagai bahan untuk membuat celana panjang. Biasanya dipakai ketika para pria sedang bersantai di rumah, dengan dipadu padankan baju katun yang pendek berwarna putih.
Mengenai pewarnaan yang dilakukan terhadap kain batik, awalnya mereka menggunakan pewarna alami seperti yang dilakukan penduduk pribumi kala itu. Namun, karena tuntutan produksi akhirnya pengusaha Batik Belanda menggunakan pewarna sintetis.
Motif batik Belanda lebih kepada nuansa Eropa. Selain bercorak cerita Si Topi Merah (Dongeng-dongeng yang beredar di Eropa kala itu), juga ada cerita Snow White, Hanzel, and Gretel. Corak lainnya yaitu tema batik seperti Batik Sirkus, Batik Kapal Api, dan Batik Wayang.

3. Batik Batavia

Batik Batavia sangat dipengaruhi oleh bangsa Eropa pada masa penjajahan Belanda. Kain batik di masa itu banyak dipakai oleh kaum wanita, sedangkan kaum pria jarang memakai batik,. Saat penjajahan Belanda, jika seorang laki-laki mengenakan batik ada semacam pelecehan tingkah laku yang sangat menyakitkan oleh orang Eropa terhadappemakai batik.
Jika bule Belanda membeli batik, tujuannya untuk merendahkan martabat lelaki bangsa Indonesia. Kain batik bagi orang Eropa digunakan untuk serbet, mencuci mobil dan piyama. Tindakan ini merupakan penghinaan. Padahal batik bagi bangsa Indonesia digunakan untuk upacara-upacara sakral, kebesaran raja-raja dan adat keagamaan.
Walaupun demikian, ada juga orang Belanda yang justru mempelajari batik secara serius. Bahkan mereka mengembangkan batik dengan gaya Eropa. Ada juga yang mengirimkan batik ke keluarganya di Eropa.

4. Batik Pekalongan

Batik Pekalongan termasuk motif batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya, batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan Cina dan Belanda.
motif batik pekalongan
Motif batik Pekalongan sangat bebas dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama dengan motif batik Solo atau Yogyakarta, sering kali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga  warna yang berani dengan kombinasi yang dinamis.
Walaupun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, diduga batik Pekalongan sudah ada sekitar tahun 1800. Sebab, dari data yang diperoleh Deperindag Pekalongan, motif batik itu ada yang dibuat tahun 1802. Misalnya, motif pohon kecil pada bahan baju.
Namun, perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga keraton serta para pengikutnya meninggalkan kerajaan.
batik pekalongan museum
Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itulah, keluarga kerajaan dan pengikutnya mengembangkan batik.
Ke timur, batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya, dan Madura. Sedang ke arah barat, batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon, dan Pekalongan.
Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang. Para pengikut pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan usaha batik di sekitar daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan, dan Wonopringgo.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.

Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Keistimewaan batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman. Misalnya pada waktu penjajahan Jepang, maka lahir batik dengan nama ‘Batik Jawa Hokokai’, yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang.
Sementara itu batik Pesisir Pekalongan memiliki corak dan komposisi warna yang lebih kaya. Corak batik biasanya disesuaikan dengan keadaan daerahnya. Seperti batik Pesisir Pekalongan, simbolisasi motifnya pun bernuansa pesisir. Misalnya motif bunga laut dan binatang laut.
Lain halnya dengan batik Jawa yang dominan dengan motif garis, kotak-kotak, dan konstruksi geometri lainnya. Walau bentuk tangkai, bunga, dan hewan juga masih mendominasi.
Motif batik di daerah ini banyak dipengaruhi oleh kultur Demak yang kental dengan Islam dan juga kultur para pedagang yang datang. Tak heran jika kemudian mereka bisa menerima macam-macam warna dan gambar yang akhirnya bisa menunjukkan sikap keterbukaan mereka.
Pada tahun 60’an jua diciptakan batik dengan nama tritura. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ‘SBY’ yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat atau songket.
Motif batik yang cukup populer lainnya adalah motif batik Tsunami. Lalu mengapa motif batik pesisir lebih beragam dan kaya? Banyak ahli batik berpendapat hal ini dikarenakan masyarakat pantai jauh lebih terbuka sehingga berani mengekspresikan diri.

5. Batik Lasem

Kota kecamatan Lasem terletak 12 km arah timur ibu kota Kabupaten Rembang berbatasan dengan Laut Jawa sebelah utara. Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kota ini merupakan kota terbesar kedua di Kabupaten Rembang setelah kota Rembang.
motif batik lasem

Lasem dikenal juga sebagai “Tiongkok kecil” karena merupakan kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa dan terdapat perkampungan Tionghoa yang sangat banyak. Di Lsaem juga terdapat patung Budha Terbaring yang berlapis emas.
Di kota ini juga terdapat sentra industri batik walaupun tidak setenar batik produksi Solo, Jogja atau Pekalongan. Namun kehadiran batik Lasem merupakan kebanggaan tersendiri bagi penduduk kota nelayan ini.
Batik produksi Lasem bercorak khas warna merah darah ayam yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Sebelum ada pewarna kimia, pembatik Lasem menggunakan pewarna alam. Misalnya, untuk menghasilkan warna merah menggunakan kulit mengkudu atau pace dicampuri dengan kayu-kayuan.
Saat ini pembatik Lasem banyak menggunakan pewarna kimia karena pengerjaannya lebih cepat dan tidak rumit.
Kekhasan lain kain batik Lasem ini terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara Jawa Tengah serta budaya Keraton Solo dan Yogyakarta.
Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang datang ke Lasem memberi pengaruh terhadap motif batik di daerah ini. Bahkan banyak pedagang yang kemudian beralih menjadi pengusaha batik di kota Lasem ini.
Menurut sejarah industri batik nusantara kehadiran batik Lasem ini sudah ada sejak berabad-abad silam. Awalnya batik Lasem ini menjadi batik Encim, batik yang dipakai oleh wanita keturunan Tionghoa yang berusia lanjut.
Pengaruh keraton juga ikut mewarnai corak, motif dan ragam batik tulis Lasem ini. Terbukti dengan adanya motif/ornamen kawung dan parang. Pengaruh budaya Cina terasa kental di sini. Sedang pengaruh masyarakat pesisir utara terlihat pada kombinasi warnacerah merah, biru, kuning, dan hijau.
Ketika membuat desain motif batik tulis, para pengusaha batik Lasem sangat dipengaruhi budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Misalnya terdapat corak ragam hias hurung Hong dan binatang legendaris kilin atau singa.
Bahkan cerita klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tey pernah menjadi motif batik tulis Lasem ini. Oleh karena itu, batik tulis Lasem ini kemudian dikenal sebagai batikEncim.
Pada masa kejayaan batik tulis Lasem, setiap rumah tinggal orang Tionghoa mengusahakan pembatikandengan merekrut tenaga pembatik dari daerah desa sekitar Lasem, seperti Sarang dan Pamotan. Tenaga kerja ini melakukan pekerjaan sebagai sambilan saat menunggu musim panen dan musim tanam padi di sawah, sehingga pada musim tanam dan panen padi mereka pulang ke desa.
Akibatnya tenaga pembatik ini berkurang dan dengan sendirinya proses produksi batik terganggu. Anak pengusaha batik pun lebih senang bekerja sebagai pegawai kantor dan merantau keluar kota Lasem.
Diduga sekitar abad ke-16 sudah ada yang mulai membuat batik di Lasem. Industrinya mulai berkembang dan mencapai produksi masal di abad ke-19. Kemudian mencapai masa keemasan pada 1900-1942 saat Jepang masuk Indonesia.
Setelah itu industri tutup 100%. Tidak ada industri di sana. Sekarang pengusaha batik Lasem bukan 100% etnis Tionghoa dan tinggal di kota. Justru saat ini 2/3 dari etnis Jawa yang menjadi pengusaha batik Lasem, dan tinggalnya di sekitar kota Lasem atau daerah pedesaan.

6. Batik Pati

Batik Pati dapat ditemui antara lain di Kecamatan Juwana. Usaha ini tepatnya berada di Desa Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon. Oleh karenanya, batik Pati lebih dikenal dengan sebutan batik bakaran.
batik bakaran pati
Tahun 1975, batik bakaran nyaris hilang dari peredaran pasar tradisional. Pasalnya, Sutarsih yang berusia 8 tahun, satu-satunya generasi keempat pembatik bakaran, tak mampu lagi membatik. Namun, Bukhati, putra ke-12 Sutarsih, yang mewarisi kemampuan membatik, berusaha keras menjadikan batik bakaran kembali “bermasa depan”.
Agar batik bakaran lebih dikenal luas, Bukhari memberi merek batiknya “Tjokro”. Ia mengambil nama kakeknya, Turiman Tjokro Satmoko. Alasannya, pada era Tjokro, batik bakaran menjadi komoditas perdagangan di Pelabuhan Juwana dan menjadi tren pakaian para pejabat Kawedanan Juwana.
Lonjakan permintaan pasar pada era 1980-an itu menyebabkan Bukhari menambah tenaga kerja dari dua orang menjadi 20 pembatik. Tenaga pembatik itu berasal dari para ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya.
Pada tahun 1998 Bukhari terpaksa menutup usaha batik dan memberhentikan para pekerjanya. Industri rumah tangga batik yang dia kembangkan mulai dari nol itu terkena imbas krisis moneter. Alasannya, harga bahan baku batik meningkat berlipat-lipat sehingga harga batik menjadi sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan batik bakaran sepi pembeli.
Pada tahun 2006, Bukhari mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Pati untuk melestarikan dan meningkatkan pemasaran batik bakaran. Pemkab Pati menerima usulan itu dengan menggalakkan program pemakaian batik bagi pegawai negeri sipil (PNS) pada hari-hari tertentu.
Saat ini pemasaran batik bakaran telah menyebar ke beberapa daerah dan bahkan luar negeri.

7. Batik Tuban

Motif batik Tuban merupakan gabungan tiga budaya yang berbeda, yaitu Islam, Cina, dan Hindu. Pengaruh budaya Islam, misalnya pada motif batik kijing miring. sementara pengaruh budaya Cina, diwakili dalam motif Lok Chan yang menyertakan gambar burung Hong. Sedangkan pengaruh Hindu, bisa dilihat dari motif batik panji ori atau panji serong.
batik gedog tuban
Tuban berada di kawasan pesisir yang juga merupakan daerah pertanian. Alhasil, nuansa flora dan faunanya juga sangat kental. Pada batik klasik Tuban, selalu ada gambar ganggang atau rumput laut.
Sedangkan kembang waluh menggambarkan Tuban sebagai daerah agraris. Ciri khas lainnya adalah warna merah dari kebudayaan Cina dan biru gelap.
Tuban juga memiliki batik gedog. Saat proses pembuatan batik gedog, selalu terdengar suara dog, ketika perajin merapatkan benang “lawe” dengan peralatan “uro”, salah satu bagian “kemplongan”.
Berangkat dari itu, tenun karya perajin batik setempat dikenal dengan nama batik gedog. batik gedog dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.
Dalam perkembangannya,suara dog yang ditimbulkan dari peralatan “kemplongan” itu, bunyinya sudah berubah. Hampir manyoritas suaranya sudah tidak lagi, dog, namun “jrek”. Masalahnya, warga setempat mulai mengganti “cacak kemplongan” dengan bambu. Jika semua pengrajin sudah mengganti peralatan dengan bambu, maka bisa muncul nama baru yaitu batik ‘gejrek’.
Untuk menenun benang “lawe”, agar bisa menjadi bahan batik gedog, siap jadi yang panjangnya bisa 2meter atau 3 meter, masing-masing lebarnya 5cm, membutuhkan waktu berkisar dua hari. Perhitungannya, setiap potong bahan kain batik gedog itu, membutuhkan benang “lawe” sekitar 1,5 kilogram.
Dalam buku “Batik Fabled Cloth of Java” karangan Inger McCabe Elliot tertulis, ada kemiripan batik gedog Tuban dengan batik Cirebon, yang tumbuh pertengahan abad XIX. Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan.
Perbedaannya, batik gedog Tuban tetap bertahan dan terus berkembang dengan warna khas nila, kegelap-gelapan. Sedangkan batik Cirebon, mengalami perubahan, karena adanya perubahan Kota Cirebon sendiri dalam berbagai bidang.
Saat ini batik gedog warna biru masih dipertahankan, karena diyakini bisa menyembuhkan penyakit.
Kecamatan Kerek, Tuban, merupakan sentra perajin batik gedog, mulai Desa Kedungrejo, Jorarejo, Margorejo, Gaji, dan desa lainnya. Hampir semua petaninya, menanam kapuk kapas yang dimanfaatkan untuk membuat “lawe”.
Pewarnaan batik gedog menggunakan warnaalam. Misalnya, warna biru memanfaatkan daun indigo. Sedangkan warna cokelat bisa memanfaatkan kulit kayu mahoni, tinggi dan secang.
Batik gedog memiliki bahan yang kasar. Harganya relatif murah, tergantung kualitasnya.

8. Batik Madura

motif batik madura
Motif batik Madura sangat kontras. Adat keraton di Madura banyak menimbulkan pengaruh terhadap motif dan warna batik yang menyebabkan haya batik Madura sangat konservatif. Hal ini disebabkan keadaan alam Madura yang sangat keras sehingga batik Madura sangat filosofis.


sumber:https://www.fatinia.com/motif-batik-pesisir-jawa/

perkembangan seni batik nusantara

PERKEMBANGAN SENI BATIK NUSANTARA (oleh: Beda Aruna Pradana)

Batik ialah lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Di Indonesia, batik dibuat di berbagai daerah, terutama di pulau Jawa. Di pulau jawa ini masih dibedakan lagi menjadi dua yaitu batik daerah pesisiran yang merupakan batik yang berasal dari daerah pinggiran pulau yang motifnya dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa asing yang menetap, motifnya naturalis yang menggambarkan alam seperti binatang, tumbuhan, pegunungan, dan cuaca.  Dan batik Yogya-Solo yang motifnya tidak dipengaruhi oleh kebudayaan lain dan motifnya simbolik, jadi setiap gambar pada motif itu memiliki makna tersendiri.
Jawa Tengah merupakan pusat kegiatan pembatikan. Dibandingkan dengan pembatikan dari daerah lain, batik dari daerah Jawa Tengah lebih halus pembatikannya. Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan  dan ciri khas masing-masing, baik dari dalam ragam hias maupun tata warnanya. Namun demikian, dapat dilihat adanya persamaan maupun perbedaan antar batik berbagai daerah tersebut. Contoh batik daerah Indramayu dengan batik daerah Yogyakarta. Pada batik Indramayu tidak menggunakan cap untuk membatik seperti batik Yogyakarta yang menggunakan cap untuk membatik. Selain itu pada batik Indramayu, polanya tidak tetap sehingga tidak urut namun indah, pada batik Yogyakarta polanya tetap dan urut. Pada batik Yogyakarta memiliki ciri khas warna coklat dan warnanya yang kontras, sedangkan batik Indramayu memiliki ciri khas warna yang kurang kontras.
Motif batik bisa berbeda-beda di setiap wilayah dikarenakan pengaruh seni-seni budaya dari bangsa-bangsa asing yang menetap di Indonesia sebelum penjajahan bangsa Eropa. Bangsa-bangsa itu adalah bangsa Cina, Arab, Persia, India, dan lain-lain. Pada  pengaruh bangsa Cina bisa dilihat pada batik daerah Pekalongan dan Indramayu. Batik Pekalongan mempunyai jenis batik Encim yang dikenal dengan tata warna khas Cina, dan mengingatkan pada motif porselin-porselin Cina. Dan batik Indramayu ada ragam hias Simbolis Kebudayaan Cina yang bermotif burung Phoenix sebagai ciri khas seni rupa bangsa Cina.
Pada pengaruh bangsa Arab terlihat pada batik daerah Jambi, batik Jambi ini merupakan batik yang ada di luar pulau Jawa yang memiliki corak yang khas karena pengaruh agama Islam yang kuat dibandingkan pengaruh budaya Cina. Batik Jambi ini mempunyai ragam hias kaligrafi Arab  dan ragam hias geometris Timur Tengah. Ragam hias kaligrafi Arab hanya dipakai pada selendang atau destar, tentunya dengan maksud memuliakan ayat-ayat suci Al-Quran yang biasanya merupakan ragam hias batik tersebut. Selain Arab ada juga pengaruh India pada Batik Jambi yaitu adanya ragam hias patola dari kain Cinde dan bentuk kacang (kemeh, sembagen) dari India.
Perkembangan batik semakin lama semakin tidak terpaku pada motif yang didasarinya, ada yang menggabungkan unsur batik dengan gambar corat-coret anak kecil yang menjadikan batik itu bersifat seperti lukisan. Semakin lama banyak juragan batik yang memproduksi batiknya tidak dengan cara tradisional melainkan dengan cara yang lebih modern dengan batik printing atau menggunakan mesin cetak.
Penggunaan batik pun berubah, dulunya batik hanya boleh dipakai keluarga kerajaan-kerajaan Jawa. Karena adanya Abdi Dalem kerajaan yang harus membatik di rumahnya, sehingga orang lain membuat sendiri dengan motif baru pula. Setelah menjadi pakaian untuk umum, batik digunakan oleh para bangsa barat terutama bangsa Belanda sebagai celana(celana batik yang berasal dari daerah Pekalongan), Sarung untuk para noni Belanda, dan baju formal untuk lain-lainnya. Batik ini terkenal di Belanda pada masa kolonialisme, karena banyak pendatang Belanda yang singgah di Indonesia dan pulang ke negaranya dengan membawa batik. Di daerah kerajaan-kerajaan Islam, batik digunakan sebagai kerudung atau pakaian untuk upacara-upacara keagamaan yang berlaku juga bagi semua agama. Saat kependudukan Jepang di Indonesia, Jepang memusatkan segala kegiatan untuk mencukupi kebutuhan perang. Karena tidak memperhatikan kebutuhan rakyat, akhirnya bahan sandang seperti mori yang merupakan bahan utama dalam pembuatan batik susah dicari dan membuat para perajin batik dan pengusaha batik terpaksa mengalihkan usahanya ke usaha lain. Setelah kemerdekaan, kebutuhan hidup rakyat semakin membaik sehingga membuat para perajin dan pengusaha batik untuk bangkit kemabali dalam memproduksi batik, bahkan lebih dari itu muncul pengusaha baru dalam dunia perbatikan. Masyarakat lebih mudah untuk memperoleh batik.
Di jaman modern ini, kekreativitasan dan perkembangan menjadi tantangan untuk menjadiakan produk lebih baik dan bernilai tinggi. Batik salah satu contoh barang yang menjadi objek untuk dikembangkan untuk lebih menarik di jaman modern ini. Sekarang ini batik menjadi motif pada tas, sepatu, jaket, topi, sapu tangan, seprai, sarung, gorden, taplak meja, kipas, bahkan sampai menjadi pakaian peragaan busana. Saya akan menceritakan tentang perkembangan batik di jaman modern ini berdasarkan contoh di atas
Dari tas yang memiliki motif batik, menjadi favorit para semua kalangan, motifnya bermacam-macam, dan warnanya tidak selalu coklat seperti warna pada batik umumnya. Tas batik ini sempat menjadi tren di kalangan remaja khususnya remaja putri. Tas bermotifkan batik ini kadang dikolaborasikan dengan gambar atau hiasan yang bersifat retro atau street  yang disukai para remaja. Produk ini sangat disukai masyarakat Internasional sehingga banyak ekspor tas batik ini ke mancanegara.
Pada jaket dan sepatu juga mengalami hal yang sama seperti tas batik. Jaket dan sepatu yang bermotifkan batik ini digemari oleh semua kalangan remaja. Dari wajah para remaja yang memiliki atau memakai sepatu dan jaket batik itu memancarkan rasa bangga dan menjadi perhatian karena mengikuti tren yang sedang berkembang, tetapi yang sangat disayangkan yaitu mereka belum paham mengenai batik dan sebagian mereka tidak tahu motif apa yang diterapkan di sepatu dan jaket itu, jadi saya kira mereka hanya asal membeli yang ada motif batiknya agar terlihat keren dan tidak ketinggalan tren.
Pada seprei dan gorden memang sudah lama muncul, tetapi sekarang motifnya lebih dikembangkan, motifnya menjadi naturalis yang menggambarkan alam. Warnanya menjadi bermacam-macam karena pewarnaan dan pencetakan menggunakan mesin pabrikan. Walau tak seindah warna batik yang asli, warna ini cocok untuk suasana ruangan yang sangat diperhitungkan untuk jaman sekarang. Saya pun punya seprei yang bermotifkan batik, dan saya suka warnanya dan motifnya. Warna dari seprei itu merah darah dan motifnya campuran dari motif parang rusak dengan motif bunga-bunga. Seprei ini bisa di temukan di berbagai toko bahan tekstil.
Pada kipas tangan yang besar untuk pajangan, motif batiknya biasanya menggambarkan suatu cerita mahabarata yang rata-rata gambar saat berperang menggunakan kereta kuda. Pada kipas tangan yang kecil memiliki motif batik juga namun tak seindah yang besar. Produk ini juga di ekspor ke mancanegara karena permintaan dari luar negeri yang tinggi.
Pada peragaan busana batik, citra batik menjadi lebih baik dikarenakan peragaan busana batik ini dihadiri oleh para perwakilan dari luar negeri yang menyukai batik dan memperkenalkan batik di negaranya masing-masing. Batik menjadi busana yang indah tanpa tangan-tangan para ahlinya seperti Iwan Tirta, Anne Avanti, Ramli, dan Achmad Yahya, mereka adalah desainer terkenal dalam urusan busana batik, karya mereka sudah diselenggarakan di berbagai macam event baik di Indonesia maupun di luar negeri sehingga pamor batik meningkat.
Contohnya yaitu berita pada desainer ternama Ramli, yang mengadakan pergelaran  busana batik di hotel Sahid Jaya Jakarta, pada Jumat 27 Juni 2008. ia menggunakan batik dari tujuh wilayah pada pergelarannya, wilayah itu adalah Bengkulu, Lampung, Betawi, Cirebon, Solo, Yogyakarta, dan Madura. Dari Bengkulu muncul batik bermotifkan kaligrafi tanpa makna tertentu atau arti khusus. Dari Lampung, batik dikombinasikan dengan sulam tapis, dari Madura muncul batik daerah Sampang berbahan kain sutra dan katun, dan dari Jakarta muncul batik bermotif baru. Ia juga mematenkan motif sekaligus penemuannya sendiri yaitu Cincau, Ciliwung, Tangkiwood, Burung Hong, sampai Lereng Ondel-ondel.
Motif Cincau, yang namanya menggambarkan minuman berbahan daun cincau, berwarna hijau muda dengan motif seperti pucuk rebung kuning, dipadu kembang asem latar coklat. Idenya, penjual cincau kerap beristirahat di bawah pohon asam atau asem. Motif Burubg Hong, burung bersifat mitologi, menggambarkan pengaruh China, sementara motif Tangkiwood idenya berasal dari perkampungan para artis Betawi yang masih berjaya hingga tahun 1980-an. Motif Ciliwung menggambarkan aliran sungai dengan ganggang dan ikan, sedangkan Lereng Ondel-ondel berasal dari atraksi khas Betawi.
Ramli menggunakan batik yang kurang dikenal oleh masyarakat sperti batik Sampang, maka ia bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Batik Sampang bergerak dari warna merah menyala, hitam-putih, dan coklat dengan motif khas Madura berupa flora dan fauna. Dari Cirebon, Ramli menggunakan banyak motif Mega Mendung dalam berbagai ukuran dan warna, beberapa dipadu dengan motif naga.
Ramli memang sengaja memilih desain klasik agar cocok bila  dipadu dengan taburan manik-manik dan payet berkilau-kilau untuk blus. Motif batik sendiri sudah cantik dan juga ramai sehingga beberapa perancang menganggap batik sebaiknya tidak perlu diperiuh lagi dengan berbagai hiasan tambahan dan garis busana pun cukup yang sederhana. Hanya saja, mengingat batik sebagai busana telah menjadi bagian dari mode yang memiliki siklus popularitas, menjadi tantangan bagi perancang menghasilkan juga desain baru busana dari batik untuk mengimabngi terus berkembangnya ragam hias batik.
Akhir-akhir ini, kalangan pembatik di Yogyakarta terusik oleh pemberitaan maraknya batik cetakan produksi China yang membanjiri kota-kota besar. Ini mengingat, batik dari Negeri Tirai Bambu itu pasokannya melimpah dan harganya lebih murah. Batik China yang beredar di pasaran akan sulit dibedakan coraknya dengan corak batik Indonesia, namun produk yang beredar di pasaran itu hanya produk cetakan (printing) yang sifatnya murahan sehingga tidak memiliki kekhasan. Batik-batik ini pastinya akan ditinggalkan oleh konsumen karena para konsumen sudah tahu mutu dari batik China ini.
Keberadaan batik saat ini sudah merambah ke dunia fesyen. Boombing baju batik mulai melanda kalangan selebritas sehingga banyak pebisnis yang meliriknya. Apalagi, nilai transaksi di pasar juga terus melonjak. Batik China ini bisa sangat murah karena produksinya yang massal dan coraknya hanya seadanya sehingga konsep yang diterapkan tidak jelas. Tak aneh kalu batik tulis Indonesia bisa sampai puluhan juta rupiah, yang dikarenakan para perajin yang memiliki kekreativitasan dan originalitas karya. Hal ini disebabkan batik yang diminati dan disukai oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara sekarng, membuat China berpeluang untuk “berbisnis kain”, secara massal pula. Sebenarnya batik Indonesia bisa lebih bak lagi bila ada pelatihan membatik untuk menyelamatkan produksi batik tulis dalam negeri. Hal ini dipersulit juga oleh para perajin yang kesulitan untuk menjualnya di Indonesia maupun mancanegara, oleh karena itu para perajin butuh dukungan promosi. Kalau tidak bisa terjual di dalam maupu di luar negeri, maka aktivitas produksi pun terancam.
Terkenalnya batik bisa menguntungkan dan merugikan, maka dari itu kita sebagai orang Indonesia harus menjaga kebudayaan khas negeri ini yaitu batik agar lebih dikenal oleh dunia ini dan melawan pemalsuan yang merugikan kita.

sumber:https://ardajogja.wordpress.com/2013/10/17/perkembangan-seni-batik-nusantara-oleh-beda-aruna-pradana/

perbedaan ciri batik antar daerah

Perbedaan Ciri Batik Antar Daerah

31 Jan 2011

oke, sekarang kita akan bicara tentang perbedaan batik dari berbagai daerah penghasil batik, atau ciri khas batik dari masing-masing daerahnya. Tidak semua jenis batik akan dibahas, karena sebenarnya ada beberapa daerah penghasil batik, tapi justru kita orang-orang Indonesia tidak begitu tau bahwa daerah tersebut adalah termasuk penghasil batik, biasanya konsumen mereka adalah turis-turis asing yang singgah di daerah tersebut.

1. Batik Cirebon
Batik Cirebon tak lepas menampilkan 2 kategori motifnya yaitu: Menampilkan motif keratonan yang diambil dari ornamen-ornamen keraton baik dari unsur bangunan maupun benda-benda yang ada di sekitar keraton dan warnanya cenderung pada warna sogan dan babar mas. Selain keratonan, juga menampilkan motif pesisiran yang berisi flora dan fauna baik dari darat maupun laut yang warnanya lebih terang, misal biru,merah, dll. Di bawah adalah salah satu contoh batik Cirebon.
2. Batik Indramayu
Batik indramayu banyak menampilkan produk laut, seperti ikan, udang, dll, juga sebagian binatang darat.
3. Pekalongan
Batik dari daerah Jawa Tengah ini memiliki warna yang lebih kaya dan bervariasi. Motifnya mayoritas adalah flora.
4. Jawa (Yogyakarta & Solo)
Motif pada batik daerah Jawa kebanyakan motif geometris dan warnanya cenderung pada warna soga.
Kita dapat membedakan berbagai ciri khas motif batik tiap-tiap daerah, karena masing-masing daerah memiliki komponen/ ciri khas yang berbeda-beda dari berbagai unsur.

Demikian penjelasan singkat tentang perbedaan karakter batik dari masing-masing daerah penghasil batik di Indonesia. Mudah-mudahan dapat membantu pembaca sekalian.

Menanggapi komentar tentang perbedaan batik lokal dengan impor, berikut adalah penjelasannya.

"Kita tidak bisa untuk membedakan batik motif nasional dengan import, dikarenakan batik merupakan warisan budaya dunia tak benda yang asli berasal dari Indonesia yang telah dikukuhkan oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 yang sekaligus sebagai Hari Batik Nasional. Terbukti banyak turis mancanegara yang belajar membatik di Indonesia. Sehingga tidak ada motif batik import, tapi yang ada adalah tekstil bermotif batik dari Cina."

Semoga bermanfaat, dan mohon koreksinya jika ada kesalahan, terimakasih.
(ditulis berdasarkan penjelasan dari Bapak Katura, AR)

sumber:http://batikcrb.blogspot.co.id/2011/01/perbedaan-ciri-batik-antar-daerah.html

beberapa teknik membatik

BEBERAPA TEKNIK DALAM PEMBUATAN BATIK

Teknik Dalam Pembuatan BatikBatik-batik yang kita temui, merupakan hasil kreasi dari orang-orang yang berjiwa seni tinggi. Setiap daerah memiliki keunikan dalam motif, teknik pembuatan, dan makna simboliknya. Mari kita intip macam teknik pembuatan batik :
1. Teknik Canting Tulis
Teknik canting tulis adalah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting yang biasanya digunakan di Jawa. Canting berfungsi untuk menorehkan cairan malam pada sebagian pola di kain mori. Ini membutuhkan ketelitian yang tinggi, dan keuletan seniman, tak heran batik tulis mahal. Saat kain dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna. Membatik dengan canting tulis disebut teknik membatik tradisional.
 2. Teknik Celup Ikat
Teknik celup ikat merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain, kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Setelah diangkat dari larutan pewarna, ikatan dibuka sehingga bagian yang diikat tidak terkena warna. Sejalan perkembangan zaman, teknik celup ikat tidak hanya juga dilakukan dengan cara disiram, disuntik, spray, dan lain-lain. Celup ikat menggunakan tali, benang, dan karet sebagai bahan penghambat atau perintang warna. Celup ikat dikenal dibeberapa daerah di Indonesia  dengan nama jumputan, tritik (Jawa Tengah dan Yogyakarta) , Sasirangan (Banjarmasin), dan Pelangi (Palembang).
3. Teknik Printing dan Cap
Teknik printing dan cap menggunakan canting cap. Canting cap merupakan  pelat berisi gambar yang timbul.  Proses pembuatannya permukaan canting cap dicelupkan dalam cairan malam. Kemudian, dicapkan pada kain mori, dan akan meninggalkan motif. Keuntungan menggunakan canting cap yaitu proses pemalaman lebih cepat.
Berbeda dengan batik cap, batik printing ini proses pewarnaan hanya satu sisi kain mori saja. Sehingga warna dari batik sablon printing ini lebih cepat pudar. Kelebihan dari teknik batik sablon printing adalah kecepatan dalam produksinya, yang sekali cetak satu warna hanya membutuhkan waktu 5 menit. Selain itu motif batiknya juga lebih detail.
4. Teknik Colet
Batik tulis warna yang motif batiknya dibuat dengan teknik colet. Teknik colet  disebut juga dengan teknik lukis, dengan cara mewarnai pola batik dengan cara mengoleskan cat atau pewarna kain jenis tertentu pada pola batik dengan kuas. Teknik colet membutuhkan cita rasa seniman yang tinggi, kreatifitas dan skill maupun pengkombinasian warna dari pelukis batik ini. Semakin kecil, rumit dan detil gambar yang di hasilkan, semakin tinggi nilai seni dan nilai jual dari batik colet ini.
Nah itu beberapa teknik dalam proses membuat batik. Jika anda ingin melihat secara langsung prosesnya atau ingin  mencoba membatik dengan kreasi sendiri, datanglah ke Kampung Batik Laweyan, Solo. Dijamin anda akan betah dengan suguhan berbagai macam batik dan motifnya.

sumber:atgrosirsolo.com/artikel-batik/beberapa-teknik-dalam-pembuatan-batik/

cara membuat batik sederhana

Cara Membuat Batik Sederhana

  • undefined
    undefined
  • 7
Oke, para pembaca blog saya, kali ini saya akan memposting tentang bagaimana cara membuat batik yang sederhana saja. Selamat membaca :D

a. Alat
  1. Canting, canting ada berbagai macam, ada yang lubangnya kecil, sedang, atau besar. Saya menggunakan yang sedang.
  2. Kompor batik
  3. Wajan kecil 
  4. Kuas, kuas juga banyak macamnya, jika design batiknya kecil-kecil, anda bisa menggunakan kuas yang kecil, jika designnya besar atau tidak terlalu rumit maka bisa menggunakan kuas yang besar, atau menggunakan kuas yang sedang.
Gawangan (jika diperlukan), dalam proses pembuatan batik pertama saya ini, saya tidak menggunakan gawangan, saya menggunakan koran dan mewarnai di lantai :D Fungsi dari gawangan sendiri adalah memudahkan kita untuk mewarnai batik agar warnanya tidak meluber kemana-mana.b. Bahan
  1. Kain mori khusus batik ukuran 1x1m (ukuran bisa disesuaikan menurut keinginan)
  2. Malam/lilin batik
  3. Warna batik, di warna batik ini ada bermacam-macam. Remasol, Naptol, dan lain-lain. Di proses pembuatan batik saya, saya menggunakan warna batik remasol.
  4. Penguat warna (waterglass)
c. Cara membuat
  1. Buatlah design batik sesuai keinginan. Design batik saya: (klik gambar untuk memperbesar)
  2. Gambarlah design batik tersebut di atas kain dengan menggunakan pensil agar mempermudah proses-proses selanjutnya.
  3. Jika sudah design sudah selesai di gambar di kain, selanjutnya adalah proses menyanting. Proses menyanting dibutuhkan kesabaran yang amat sangat. Karena di proses ini kita berhadapan dengan api dan malam yang panas. 
  4. Cantinglah design yang sudah selesai di gambar di atas kain, saat menyanting kita harus memastikan bahwa malam/lilin yang kita cantingkan pada kain sudah benar-benar panas, jika belum panas maka malam tersebut tidak akan tembus sampai ke belakang kain, tetapi jangan juga terlalu panas, karena akan membuat cantingan kita meluber. Berhati-hatilah saat menyanting.
  5. Jika selesai menyanting, proses berikutnya adalah memberi warna. Saya menggunakan warna remasol.Warna remasol ini berbentuk bubuk jadi, kita harus mencapurnya terlebih dahulu dengan air. Jika menginkan warna yang terang maka berilah air yang lumayan banyak, jika ingin warna yang terang kurangilah airnya. Warna remasol ini dapat kita campur, misalnya warna kuning kita campur dengan warna biru dan diberi banyak air, maka warna tersebut menjadi hijau muda.
  6. Kuaskan warna remasolnya pada bagian-bagian kain, sesuaikan dengan design.
  7. Jika selesai mewarnai, maka kita harus menjemurnya. Jika batik kita sudah benar-benar kering maka kita memasuki proses memberi penguat.Cara memberi penguat yang gampang adalah dengan cara dicelup, tetapi saya menggunakan proses menguas, sama seperti mewarna.
     
  8. Setelah diberi penguat, kain kita harus dijemur terlebih dahulu. Jika sudah kering, selanjutnya adalah proses melorot/menghilangkan malam. Cara melorot malam adalah kain yang sudah diberi warna dan penguat dicelupkan ke air panas. Lakukan berulang-ulang sampai malam benar-benar hilang.
  9. Jika malam sudah berhasil di lorot, cucilah dengan bersih jika masih ada sisa-sisa malam di kain, kemudian jemur, kemudian setrika.
  10. Batik sudah selesai dibuat :D
Proses pembuatan batik yang paling susah menurut saya di bagian mewarna. Karena kita harus bersiap dengan malam lagi, jika malam tidak menembus sampai ke belakang kain, maka warnanya akan meluber ke bagian yang tidak diinginkan. Jadinya batik saya banyak sekali warna-warna yang tidak saya inginkan, tetapi saya bangga dengan hasil batik saya sendiri :D Kalian juga harus mencobanya! Lestarikan budaya Indonesia :D

d. Foto Hasil Batik milik Diskaveria
(klik gambar untuk memperbesar)
sumber:http://diskaveriautami.blogspot.co.id/2013/11/cara-membuat-batik-sederhana.html

Rabu, 09 November 2016

bahan bahan membatik

 Bahan Bahan Membatik

1. Alat Pembatik

A. Canting : untuk membatik di atas kain












B. Diklik/Tempat Duduk : untuk tempat duduk saat membatik










C. Wajan Dan Kompor : untuk mencairkan lilin batik










D. Gawangan : untuk membentangkan kain/mori batik










E. Canting cap dan Meja Cap : untuk membuat motif di atas kain batik







F. Timbangan : untuk menimbang warna batik












G. Gelas Ukur, Sarung Tangan, Gunting, Ember, Stik Besi untuk menghilangkan tetesan air di batik, Pensil, Penghapus, Kuas, Meteran, Setrika, dll yang penting adalah pada saat membatik.

2. Bahan

* Lilin Klowong : untuk membatik motif
* Untuk membantu pembangkit warna ada: HCL, Garam Biru BB, Garam Kuning GC, Garam Orange GC
* Untuk zat warna ada : Natrium Nitrit, Indigosol Violet B, Kostik, Indigosol Kuning IGK
* Untuk Warna Dasar : Napthos AS, ASG, AS-OL, AS-BS
* Lilin Tmebok : untuk menembok/menutupi bagian yang tidak dihendaki
* Parafin : untuk membuat motif pecahan pada kain batik
* Tro : untuk pembasah
* Kertas Roti : untuk memngambar peta batik
* Water Glass: untuk obat bantu
*  taplak meja motif batik, birkolin ukuran 90 x 90 cm.

Yang di atas adalah bahan dan alat di mana kita membuat batik  dan sekarang kita akan membuat

sumber : http://mikatok.blogspot.co.id/2013/12/bahan-dan-cara-membatik.html