Rabu, 23 November 2016

batik pesisir nusantara kaya ragam

Batik Pesisir Nusantara Kaya Ragam

21Jun11
Weekend ini saya menyempatkan diri untuk menghadiri pameran batik, sebenarnya pameran tekstil dari Pameran Adi Wastra Nusantara 2011, Wastra adalah Kain dan Adi adalah unggul, jadi pameran keunggulan tekstil nusantara promiso wastra adati seperti batik, ikat, lurik, songket, jumputan, sasirangan dan lain-lain.
Selain stand pameran serta tampilan beberapa UKM dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari stand toko batik terkenal sampai juga menyajikan pameran langsung ibu-ibu yang sedang menyulam dan membatik kain. Seni Serat (Tapestry) tak kalah menariknya juga ditampilkan.
Namun Batik menjadi ikon utama dalam pameran yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center yang dipusatkan di Hall A dan B ini. Di pintu masuk dijejer banyak kain batik lama, yang merupakan model batik pesisir di Indonesia. Beberapa dipamerkan disertakan dengan penjelasan asal daerah, motif serta pengaruh dari corak kainnya. Batik-batik tersebut sudah berumur lebih 100 tahun yang tentu harganya luar biasa pula. Namun beberapa stand lain menjual kain dan pakaian batik dengan harga yang kompetitif.
Beberapa informasi menarik tentang Batik di daerah pesisirpun menjadi pengetahuan tambahan buat saya. Menarik untuk dibagikan dalam blog ini.
Batik Kudus
Batik berhiaskan kaligrafi Arab yang saat ini dibuat di Cirebon, Jambi dan Bengkulu awalnya dibuat di Demak dan Kudus. Kemudian di daerah tersebut berkembang batik jenis lain. Pada Umumnya latarnya luar biasa rumit dan berwarna cokelat. Corak utamanya bisa buketan, bunga, burung dan kupu-kupu.
Batik Garut
Warna dan ragam hias batik Garut lebih mendekati kedua tetangganya, Ciamis dan Tasikmalaya. Namun tidak lepas dari pengaruh Solo-Yogya maupun Pekalongan dan Cirebon. Kebudayaan Cina dan Belanda yang diadaptasi batik pesisir, tidak luput juga mepengaruhi batik Garut.
Batik Pekalongan
Walaupun Pekalongan bukan penghasil batik pesisir tertua, namun paling halus dan sampai sekarang penghasil batik utama. Ragam hias Hindu-Jawa melekat namun tidak seperti Solo-Yogya yang terikat peraturan-peraturan keraton. Pembatik santri di Pekalongan pun menerapkan seni hias dari nuansa Islam.
Pengaruh dominannya datang dari Cina dan Belanda, dan akibat paparan dengan berbagai budaya, sangat berbeda dengan batik di pedalaman Jawa. Warna lebih beraneka dan ragam hiasnya naturalistis.
Sarung Bang Ungon (1900) Badan : Merak latar gribigan. Kepala : Pasung mainan.
Batik Lasem
Lasem dulu terkenal dengan warna merahnya yang dijuluki abang getih pithik (merah darah ayam).  Salah satu ciri khas Batik Lasem dan blangkon adalah bunga anyelir atau carnation, yang disebut celuki atau teluki.
Batik Banyumas
Banyumas terkenal corak batik ayam puger, diilhami kedatangan Pangeran Puger ke daerah itu, ketika terjadi perang saudara di Mataram dan mengungsi  di daerah itu. Ragam hiasnya banyak dipengaruhi Solo seperti parang curiga, lar, tambal dan sebagainya. Namun mempunyai corak khas seperti plonto galaran slir parang klitik, godong lumbu atau daun keladi, jahe serimpang dan ayam puger. Selain itu motif berbau Eropa seperti bunga, buah anggur berbagai binatang sampai Cupido serta motif motologi Cina.
Batik Batang
Kota Batang menghasilkan batik bukan sembarang batik, ciri batik sama seperti Pekalongan, tetapi warnanya lebih kelam. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari Batik bang biron berwarna kopi susu, sedang di Pekalongan berwarna krem.
Batik Tegal
Corak batik Tegal terlihat besar, seperti fauna dan flora dan juga lar atau sayap garuda. Ada corak gribigan, beras mawur, batu pecah, ukel dan corak yang disebut kuku macan dan tapak kebo. Batik di kota ini tidak luput dari pengaruh Cina dan Belanda terutama tetangganya Pekalongan. Bedanya di variasi warna, Pekalongan warna pada badan biasanya lebih muda dan Batik Tegal tidak terlalu banyak memakai isen-isen.
Batik Madura
Warna utama batik Madura umumnya merah, merah tua atau jingga, biru tua, hijau tua, hitam dan putih. Di daerah Pamekasan, batik Madura kemudian juga mulai menggunakan warna seperti biru muda, cokelat muda mengikuti perkembangan zaman. Ragam hias batik Madura bersifat naturalistis., apa yang dilihat di alam sekitar, itulah yang digambar. Contohnya, ayam bekisar, udang, kepiting maupun tumbuh-tumbuhan. Semua itu digambarkan secara mencolok, kuat dan berani, yang merupakan ciri lain dari Batik Madura.
Ragam hias batik Madura tidak mengenal stilisasi. Semua bentuk diwujudkan secara utuh, tidak membentuk simbol-simbol tertentu. Coraknya biasanya digambarkan besar-besar sehingga motif yang kecil-kecil tidak menonjol. Ini erat hubungannya dengan sifat alamnya yang keras, dan watak orang Madura yang berani dan tegas.
Batik Sidoarjo
Sidoarjo terletak di sebelah selatan Pulau Madura. Memang bermukim banyak orang Madura maka tidak heran kalo kita melihat ciri-ciri yang mengingatkan pada batik Madura. Seperti warna merah tua, biru dan hijau yang berani.
Garis-garis pada batiknya pun tegas dan motifnya besar. Namun Sidoarjo sudah jarang berperan lagi sebagai penghasil batik yang mengagumkan.
Batik Djawa Hokokai
Ketika Indonesia dijajah oleh Jepang, muncul jenis batik pesisir yang berbeda daripada sebelumnya, terutama di Pekalongan dan sekitarnya seperti Kedungwuni dan Batang. Batik itu disebut Batik Djawa Hokokai, menurut organisasi bentukan Jepang yang beranggotakan orang Indonesia. Ciri utamanya adalah warnanya sangat beraneka ragam. Bentuknya hampir selalu kain panjang dua sisi, artinya pada satu badan terdapat dua desain yang berbeda. Mungkin karena kelangkaan kain, sehelai batik bisa dipakai pagi dan sore tanpa kentara kalau kainnya itu-itu juga.
Batik Belanda
Pada abad XVII-XVIII pakaian orang Eropa terutama Indo-Belanda disesuaikan dengan iklim tropis. Sejak pertengahan abad XVIII mereka mulai beralih ke kain batik dan kebaya untuk pakaian sehari-hari di rumah. Kebayanya putih longgar, diberi tepian renda. Lelakinya di rumah mengenakan celana batik longgar yang nyaman.
Ragam hias setempat dan ragam hias Cina mulai ditambahi ragam hias pilihan wanita Indo-Eropa terinspirasi dari gambar pada kartu pos, majalah-majalah bergambar, buku-buku dsb, yang datang dari Eropa. Warnapun disesuaikan selera dengan memperkenalkan warna-warni pastel yang lembut.
Gendongan – memberi rasa aman
Menurut keterangannya bahwa batik sudah seperti barang yang menyertai mereka dari lahir sampai meninggal, Bayi digendong atau dibuai dengan kain batik. Ranjangnya mungkin dialasi dengan batik. Kalau ia menangis, ibunya menyapu air matanya dengan ujung kain batiknya. Kemudian memanfaatkan batik sebagai selimut atau pakaian atau ikat kepala. Ketika ia tua dan meninggal, jenazahnya dibaringkan di atas hamparan kain batik atau ditutupi dengan kain batik sebelum dibawa ke makam. Perempuan Cina peranakan banyak yang dibekali batik kesayangannya saat dimasukan ke peti jenazah.
Di masa yang lampau batik memang akrab dengan manusia Indonesia dan memberi rasa aman. Selendang untuk gendongan di Tuban disebut sayut. Sayut artinya “membalut, “melingkar’, “bersatu membela sesama”. Sementara dalam bahasa Jawa Kuno sayut berarti menolak bala.
Celana Pangsi
Dulu batik memang menjadi pakaian santai sehari-hari kaum pria Eropa dan Indo-Eropa. Bukan sebagai kemeja, tapi sebagai celana. Celana pangsi adalah celana yang panjangnya lebih bawah sedikit dari lutut dan longgar sehingga nyaman dipakai. Motifnya kadang seperti pakaian wanita. Kota penghasil celana ini Pekalongan, Cirebon, Lasem, Temanggung, Madura, Juwana. Sampai sekarangpun banyak yang memakai celana pangsi karena kenyamanannya.
Motherland – Batik Madura
Ngomong-ngomong tentang Batik Madura, saya juga sempat mengunjungi stand B 219, menyajikan beberapa kain dan pakaian batik khas Madura, menarik sekali. MotherLand nama brand tokonya. Selain batik madura juga menyediakan jenis kain dan batik lainnya. Motherland hari-hari biasanya dapat dikunjungi di Blok M Square, Lt 2 Blok B No. 12 atau langsung kontak saja di 081803123480/ 087852127522.

sumber:https://asruldinazis.wordpress.com/2011/06/21/batik-pesisir-nusantara-kaya-ragam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar