Batik Pesisir Nusantara Kaya Ragam
21Jun11
Weekend ini saya menyempatkan diri untuk menghadiri pameran batik, sebenarnya pameran tekstil dari Pameran Adi Wastra Nusantara 2011, Wastra adalah Kain dan Adi adalah unggul, jadi pameran keunggulan tekstil nusantara promiso wastra adati seperti batik, ikat, lurik, songket, jumputan, sasirangan dan lain-lain.
Selain
stand pameran serta tampilan beberapa UKM dari berbagai daerah di
Indonesia, mulai dari stand toko batik terkenal sampai juga menyajikan
pameran langsung ibu-ibu yang sedang menyulam dan membatik kain. Seni Serat (Tapestry) tak kalah menariknya juga ditampilkan.
Namun Batik menjadi ikon
utama dalam pameran yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center
yang dipusatkan di Hall A dan B ini. Di pintu masuk dijejer banyak kain
batik lama, yang merupakan model batik pesisir
di Indonesia. Beberapa dipamerkan disertakan dengan penjelasan asal
daerah, motif serta pengaruh dari corak kainnya. Batik-batik tersebut
sudah berumur lebih 100 tahun yang tentu harganya luar biasa pula. Namun
beberapa stand lain menjual kain dan pakaian batik dengan harga yang
kompetitif.
Beberapa informasi menarik tentang Batik di daerah pesisirpun menjadi pengetahuan tambahan buat saya. Menarik untuk dibagikan dalam blog ini.
Batik Kudus
Batik berhiaskan kaligrafi Arab yang saat
ini dibuat di Cirebon, Jambi dan Bengkulu awalnya dibuat di Demak dan
Kudus. Kemudian di daerah tersebut berkembang batik jenis lain. Pada
Umumnya latarnya luar biasa rumit dan berwarna cokelat. Corak utamanya
bisa buketan, bunga, burung dan kupu-kupu.
Batik Garut
Warna dan ragam hias batik Garut lebih
mendekati kedua tetangganya, Ciamis dan Tasikmalaya. Namun tidak lepas
dari pengaruh Solo-Yogya maupun Pekalongan dan Cirebon. Kebudayaan Cina
dan Belanda yang diadaptasi batik pesisir, tidak luput juga mepengaruhi
batik Garut.
Batik Pekalongan
Walaupun Pekalongan bukan penghasil batik
pesisir tertua, namun paling halus dan sampai sekarang penghasil batik
utama. Ragam hias Hindu-Jawa melekat namun tidak seperti Solo-Yogya yang
terikat peraturan-peraturan keraton. Pembatik santri di Pekalongan pun
menerapkan seni hias dari nuansa Islam.
Pengaruh dominannya datang dari Cina dan
Belanda, dan akibat paparan dengan berbagai budaya, sangat berbeda
dengan batik di pedalaman Jawa. Warna lebih beraneka dan ragam hiasnya
naturalistis.
Batik Lasem
Lasem dulu terkenal dengan warna merahnya
yang dijuluki abang getih pithik (merah darah ayam). Salah satu ciri
khas Batik Lasem dan blangkon adalah bunga anyelir atau carnation, yang
disebut celuki atau teluki.
Batik Banyumas
Banyumas terkenal corak batik ayam puger,
diilhami kedatangan Pangeran Puger ke daerah itu, ketika terjadi perang
saudara di Mataram dan mengungsi di daerah itu. Ragam hiasnya banyak
dipengaruhi Solo seperti parang curiga, lar, tambal dan sebagainya.
Namun mempunyai corak khas seperti plonto galaran slir parang klitik,
godong lumbu atau daun keladi, jahe serimpang dan ayam puger. Selain itu
motif berbau Eropa seperti bunga, buah anggur berbagai binatang sampai
Cupido serta motif motologi Cina.
Batik Batang
Kota Batang menghasilkan batik bukan
sembarang batik, ciri batik sama seperti Pekalongan, tetapi warnanya
lebih kelam. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari Batik bang biron
berwarna kopi susu, sedang di Pekalongan berwarna krem.
Batik Tegal
Corak batik Tegal terlihat besar, seperti
fauna dan flora dan juga lar atau sayap garuda. Ada corak gribigan,
beras mawur, batu pecah, ukel dan corak yang disebut kuku macan dan
tapak kebo. Batik di kota ini tidak luput dari pengaruh Cina dan Belanda
terutama tetangganya Pekalongan. Bedanya di variasi warna, Pekalongan
warna pada badan biasanya lebih muda dan Batik Tegal tidak terlalu
banyak memakai isen-isen.
Batik Madura
Warna utama batik Madura
umumnya merah, merah tua atau jingga, biru tua, hijau tua, hitam dan
putih. Di daerah Pamekasan, batik Madura kemudian juga mulai menggunakan
warna seperti biru muda, cokelat muda mengikuti perkembangan zaman.
Ragam hias batik Madura
bersifat naturalistis., apa yang dilihat di alam sekitar, itulah yang
digambar. Contohnya, ayam bekisar, udang, kepiting maupun
tumbuh-tumbuhan. Semua itu digambarkan secara mencolok, kuat dan berani,
yang merupakan ciri lain dari Batik Madura.
Ragam hias batik Madura tidak mengenal
stilisasi. Semua bentuk diwujudkan secara utuh, tidak membentuk
simbol-simbol tertentu. Coraknya biasanya digambarkan besar-besar
sehingga motif yang kecil-kecil tidak menonjol. Ini erat hubungannya
dengan sifat alamnya yang keras, dan watak orang Madura yang berani dan
tegas.
Batik Sidoarjo
Sidoarjo terletak di sebelah selatan
Pulau Madura. Memang bermukim banyak orang Madura maka tidak heran kalo
kita melihat ciri-ciri yang mengingatkan pada batik Madura. Seperti
warna merah tua, biru dan hijau yang berani.
Garis-garis pada batiknya pun tegas dan
motifnya besar. Namun Sidoarjo sudah jarang berperan lagi sebagai
penghasil batik yang mengagumkan.
Batik Djawa Hokokai
Ketika Indonesia dijajah oleh Jepang,
muncul jenis batik pesisir yang berbeda daripada sebelumnya, terutama di
Pekalongan dan sekitarnya seperti Kedungwuni dan Batang. Batik itu
disebut Batik Djawa Hokokai, menurut organisasi bentukan Jepang yang
beranggotakan orang Indonesia. Ciri utamanya adalah warnanya sangat
beraneka ragam. Bentuknya hampir selalu kain panjang dua sisi, artinya
pada satu badan terdapat dua desain yang berbeda. Mungkin karena
kelangkaan kain, sehelai batik bisa dipakai pagi dan sore tanpa kentara
kalau kainnya itu-itu juga.
Batik Belanda
Pada abad XVII-XVIII pakaian orang Eropa
terutama Indo-Belanda disesuaikan dengan iklim tropis. Sejak pertengahan
abad XVIII mereka mulai beralih ke kain batik dan kebaya untuk pakaian
sehari-hari di rumah. Kebayanya putih longgar, diberi tepian renda.
Lelakinya di rumah mengenakan celana batik longgar yang nyaman.
Ragam hias setempat dan ragam hias Cina
mulai ditambahi ragam hias pilihan wanita Indo-Eropa terinspirasi dari
gambar pada kartu pos, majalah-majalah bergambar, buku-buku dsb, yang
datang dari Eropa. Warnapun disesuaikan selera dengan memperkenalkan
warna-warni pastel yang lembut.
Gendongan – memberi rasa aman
Menurut keterangannya bahwa batik sudah
seperti barang yang menyertai mereka dari lahir sampai meninggal, Bayi
digendong atau dibuai dengan kain batik. Ranjangnya mungkin dialasi
dengan batik. Kalau ia menangis, ibunya menyapu air matanya dengan ujung
kain batiknya. Kemudian memanfaatkan batik sebagai selimut atau pakaian
atau ikat kepala. Ketika ia tua dan meninggal, jenazahnya dibaringkan
di atas hamparan kain batik atau ditutupi dengan kain batik sebelum
dibawa ke makam. Perempuan Cina peranakan banyak yang dibekali batik
kesayangannya saat dimasukan ke peti jenazah.
Di masa yang lampau batik memang akrab
dengan manusia Indonesia dan memberi rasa aman. Selendang untuk
gendongan di Tuban disebut sayut. Sayut artinya “membalut, “melingkar’,
“bersatu membela sesama”. Sementara dalam bahasa Jawa Kuno sayut berarti
menolak bala.
Celana Pangsi
Dulu batik memang menjadi pakaian santai
sehari-hari kaum pria Eropa dan Indo-Eropa. Bukan sebagai kemeja, tapi
sebagai celana. Celana pangsi adalah celana yang panjangnya lebih bawah
sedikit dari lutut dan longgar sehingga nyaman dipakai. Motifnya kadang
seperti pakaian wanita. Kota penghasil celana ini Pekalongan, Cirebon,
Lasem, Temanggung, Madura, Juwana. Sampai sekarangpun banyak yang
memakai celana pangsi karena kenyamanannya.
Motherland – Batik Madura
Ngomong-ngomong tentang Batik Madura, saya juga sempat mengunjungi stand B 219, menyajikan beberapa kain dan pakaian batik khas Madura, menarik sekali. MotherLand nama brand tokonya. Selain batik madura juga menyediakan jenis kain dan batik lainnya. Motherland
hari-hari biasanya dapat dikunjungi di Blok M Square, Lt 2 Blok B No.
12 atau langsung kontak saja di 081803123480/ 087852127522.
sumber:https://asruldinazis.wordpress.com/2011/06/21/batik-pesisir-nusantara-kaya-ragam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar