Rabu, 23 November 2016

perkembangan seni batik nusantara

PERKEMBANGAN SENI BATIK NUSANTARA (oleh: Beda Aruna Pradana)

Batik ialah lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting. Di Indonesia, batik dibuat di berbagai daerah, terutama di pulau Jawa. Di pulau jawa ini masih dibedakan lagi menjadi dua yaitu batik daerah pesisiran yang merupakan batik yang berasal dari daerah pinggiran pulau yang motifnya dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa asing yang menetap, motifnya naturalis yang menggambarkan alam seperti binatang, tumbuhan, pegunungan, dan cuaca.  Dan batik Yogya-Solo yang motifnya tidak dipengaruhi oleh kebudayaan lain dan motifnya simbolik, jadi setiap gambar pada motif itu memiliki makna tersendiri.
Jawa Tengah merupakan pusat kegiatan pembatikan. Dibandingkan dengan pembatikan dari daerah lain, batik dari daerah Jawa Tengah lebih halus pembatikannya. Setiap daerah pembatikan mempunyai keunikan  dan ciri khas masing-masing, baik dari dalam ragam hias maupun tata warnanya. Namun demikian, dapat dilihat adanya persamaan maupun perbedaan antar batik berbagai daerah tersebut. Contoh batik daerah Indramayu dengan batik daerah Yogyakarta. Pada batik Indramayu tidak menggunakan cap untuk membatik seperti batik Yogyakarta yang menggunakan cap untuk membatik. Selain itu pada batik Indramayu, polanya tidak tetap sehingga tidak urut namun indah, pada batik Yogyakarta polanya tetap dan urut. Pada batik Yogyakarta memiliki ciri khas warna coklat dan warnanya yang kontras, sedangkan batik Indramayu memiliki ciri khas warna yang kurang kontras.
Motif batik bisa berbeda-beda di setiap wilayah dikarenakan pengaruh seni-seni budaya dari bangsa-bangsa asing yang menetap di Indonesia sebelum penjajahan bangsa Eropa. Bangsa-bangsa itu adalah bangsa Cina, Arab, Persia, India, dan lain-lain. Pada  pengaruh bangsa Cina bisa dilihat pada batik daerah Pekalongan dan Indramayu. Batik Pekalongan mempunyai jenis batik Encim yang dikenal dengan tata warna khas Cina, dan mengingatkan pada motif porselin-porselin Cina. Dan batik Indramayu ada ragam hias Simbolis Kebudayaan Cina yang bermotif burung Phoenix sebagai ciri khas seni rupa bangsa Cina.
Pada pengaruh bangsa Arab terlihat pada batik daerah Jambi, batik Jambi ini merupakan batik yang ada di luar pulau Jawa yang memiliki corak yang khas karena pengaruh agama Islam yang kuat dibandingkan pengaruh budaya Cina. Batik Jambi ini mempunyai ragam hias kaligrafi Arab  dan ragam hias geometris Timur Tengah. Ragam hias kaligrafi Arab hanya dipakai pada selendang atau destar, tentunya dengan maksud memuliakan ayat-ayat suci Al-Quran yang biasanya merupakan ragam hias batik tersebut. Selain Arab ada juga pengaruh India pada Batik Jambi yaitu adanya ragam hias patola dari kain Cinde dan bentuk kacang (kemeh, sembagen) dari India.
Perkembangan batik semakin lama semakin tidak terpaku pada motif yang didasarinya, ada yang menggabungkan unsur batik dengan gambar corat-coret anak kecil yang menjadikan batik itu bersifat seperti lukisan. Semakin lama banyak juragan batik yang memproduksi batiknya tidak dengan cara tradisional melainkan dengan cara yang lebih modern dengan batik printing atau menggunakan mesin cetak.
Penggunaan batik pun berubah, dulunya batik hanya boleh dipakai keluarga kerajaan-kerajaan Jawa. Karena adanya Abdi Dalem kerajaan yang harus membatik di rumahnya, sehingga orang lain membuat sendiri dengan motif baru pula. Setelah menjadi pakaian untuk umum, batik digunakan oleh para bangsa barat terutama bangsa Belanda sebagai celana(celana batik yang berasal dari daerah Pekalongan), Sarung untuk para noni Belanda, dan baju formal untuk lain-lainnya. Batik ini terkenal di Belanda pada masa kolonialisme, karena banyak pendatang Belanda yang singgah di Indonesia dan pulang ke negaranya dengan membawa batik. Di daerah kerajaan-kerajaan Islam, batik digunakan sebagai kerudung atau pakaian untuk upacara-upacara keagamaan yang berlaku juga bagi semua agama. Saat kependudukan Jepang di Indonesia, Jepang memusatkan segala kegiatan untuk mencukupi kebutuhan perang. Karena tidak memperhatikan kebutuhan rakyat, akhirnya bahan sandang seperti mori yang merupakan bahan utama dalam pembuatan batik susah dicari dan membuat para perajin batik dan pengusaha batik terpaksa mengalihkan usahanya ke usaha lain. Setelah kemerdekaan, kebutuhan hidup rakyat semakin membaik sehingga membuat para perajin dan pengusaha batik untuk bangkit kemabali dalam memproduksi batik, bahkan lebih dari itu muncul pengusaha baru dalam dunia perbatikan. Masyarakat lebih mudah untuk memperoleh batik.
Di jaman modern ini, kekreativitasan dan perkembangan menjadi tantangan untuk menjadiakan produk lebih baik dan bernilai tinggi. Batik salah satu contoh barang yang menjadi objek untuk dikembangkan untuk lebih menarik di jaman modern ini. Sekarang ini batik menjadi motif pada tas, sepatu, jaket, topi, sapu tangan, seprai, sarung, gorden, taplak meja, kipas, bahkan sampai menjadi pakaian peragaan busana. Saya akan menceritakan tentang perkembangan batik di jaman modern ini berdasarkan contoh di atas
Dari tas yang memiliki motif batik, menjadi favorit para semua kalangan, motifnya bermacam-macam, dan warnanya tidak selalu coklat seperti warna pada batik umumnya. Tas batik ini sempat menjadi tren di kalangan remaja khususnya remaja putri. Tas bermotifkan batik ini kadang dikolaborasikan dengan gambar atau hiasan yang bersifat retro atau street  yang disukai para remaja. Produk ini sangat disukai masyarakat Internasional sehingga banyak ekspor tas batik ini ke mancanegara.
Pada jaket dan sepatu juga mengalami hal yang sama seperti tas batik. Jaket dan sepatu yang bermotifkan batik ini digemari oleh semua kalangan remaja. Dari wajah para remaja yang memiliki atau memakai sepatu dan jaket batik itu memancarkan rasa bangga dan menjadi perhatian karena mengikuti tren yang sedang berkembang, tetapi yang sangat disayangkan yaitu mereka belum paham mengenai batik dan sebagian mereka tidak tahu motif apa yang diterapkan di sepatu dan jaket itu, jadi saya kira mereka hanya asal membeli yang ada motif batiknya agar terlihat keren dan tidak ketinggalan tren.
Pada seprei dan gorden memang sudah lama muncul, tetapi sekarang motifnya lebih dikembangkan, motifnya menjadi naturalis yang menggambarkan alam. Warnanya menjadi bermacam-macam karena pewarnaan dan pencetakan menggunakan mesin pabrikan. Walau tak seindah warna batik yang asli, warna ini cocok untuk suasana ruangan yang sangat diperhitungkan untuk jaman sekarang. Saya pun punya seprei yang bermotifkan batik, dan saya suka warnanya dan motifnya. Warna dari seprei itu merah darah dan motifnya campuran dari motif parang rusak dengan motif bunga-bunga. Seprei ini bisa di temukan di berbagai toko bahan tekstil.
Pada kipas tangan yang besar untuk pajangan, motif batiknya biasanya menggambarkan suatu cerita mahabarata yang rata-rata gambar saat berperang menggunakan kereta kuda. Pada kipas tangan yang kecil memiliki motif batik juga namun tak seindah yang besar. Produk ini juga di ekspor ke mancanegara karena permintaan dari luar negeri yang tinggi.
Pada peragaan busana batik, citra batik menjadi lebih baik dikarenakan peragaan busana batik ini dihadiri oleh para perwakilan dari luar negeri yang menyukai batik dan memperkenalkan batik di negaranya masing-masing. Batik menjadi busana yang indah tanpa tangan-tangan para ahlinya seperti Iwan Tirta, Anne Avanti, Ramli, dan Achmad Yahya, mereka adalah desainer terkenal dalam urusan busana batik, karya mereka sudah diselenggarakan di berbagai macam event baik di Indonesia maupun di luar negeri sehingga pamor batik meningkat.
Contohnya yaitu berita pada desainer ternama Ramli, yang mengadakan pergelaran  busana batik di hotel Sahid Jaya Jakarta, pada Jumat 27 Juni 2008. ia menggunakan batik dari tujuh wilayah pada pergelarannya, wilayah itu adalah Bengkulu, Lampung, Betawi, Cirebon, Solo, Yogyakarta, dan Madura. Dari Bengkulu muncul batik bermotifkan kaligrafi tanpa makna tertentu atau arti khusus. Dari Lampung, batik dikombinasikan dengan sulam tapis, dari Madura muncul batik daerah Sampang berbahan kain sutra dan katun, dan dari Jakarta muncul batik bermotif baru. Ia juga mematenkan motif sekaligus penemuannya sendiri yaitu Cincau, Ciliwung, Tangkiwood, Burung Hong, sampai Lereng Ondel-ondel.
Motif Cincau, yang namanya menggambarkan minuman berbahan daun cincau, berwarna hijau muda dengan motif seperti pucuk rebung kuning, dipadu kembang asem latar coklat. Idenya, penjual cincau kerap beristirahat di bawah pohon asam atau asem. Motif Burubg Hong, burung bersifat mitologi, menggambarkan pengaruh China, sementara motif Tangkiwood idenya berasal dari perkampungan para artis Betawi yang masih berjaya hingga tahun 1980-an. Motif Ciliwung menggambarkan aliran sungai dengan ganggang dan ikan, sedangkan Lereng Ondel-ondel berasal dari atraksi khas Betawi.
Ramli menggunakan batik yang kurang dikenal oleh masyarakat sperti batik Sampang, maka ia bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Batik Sampang bergerak dari warna merah menyala, hitam-putih, dan coklat dengan motif khas Madura berupa flora dan fauna. Dari Cirebon, Ramli menggunakan banyak motif Mega Mendung dalam berbagai ukuran dan warna, beberapa dipadu dengan motif naga.
Ramli memang sengaja memilih desain klasik agar cocok bila  dipadu dengan taburan manik-manik dan payet berkilau-kilau untuk blus. Motif batik sendiri sudah cantik dan juga ramai sehingga beberapa perancang menganggap batik sebaiknya tidak perlu diperiuh lagi dengan berbagai hiasan tambahan dan garis busana pun cukup yang sederhana. Hanya saja, mengingat batik sebagai busana telah menjadi bagian dari mode yang memiliki siklus popularitas, menjadi tantangan bagi perancang menghasilkan juga desain baru busana dari batik untuk mengimabngi terus berkembangnya ragam hias batik.
Akhir-akhir ini, kalangan pembatik di Yogyakarta terusik oleh pemberitaan maraknya batik cetakan produksi China yang membanjiri kota-kota besar. Ini mengingat, batik dari Negeri Tirai Bambu itu pasokannya melimpah dan harganya lebih murah. Batik China yang beredar di pasaran akan sulit dibedakan coraknya dengan corak batik Indonesia, namun produk yang beredar di pasaran itu hanya produk cetakan (printing) yang sifatnya murahan sehingga tidak memiliki kekhasan. Batik-batik ini pastinya akan ditinggalkan oleh konsumen karena para konsumen sudah tahu mutu dari batik China ini.
Keberadaan batik saat ini sudah merambah ke dunia fesyen. Boombing baju batik mulai melanda kalangan selebritas sehingga banyak pebisnis yang meliriknya. Apalagi, nilai transaksi di pasar juga terus melonjak. Batik China ini bisa sangat murah karena produksinya yang massal dan coraknya hanya seadanya sehingga konsep yang diterapkan tidak jelas. Tak aneh kalu batik tulis Indonesia bisa sampai puluhan juta rupiah, yang dikarenakan para perajin yang memiliki kekreativitasan dan originalitas karya. Hal ini disebabkan batik yang diminati dan disukai oleh masyarakat Indonesia dan mancanegara sekarng, membuat China berpeluang untuk “berbisnis kain”, secara massal pula. Sebenarnya batik Indonesia bisa lebih bak lagi bila ada pelatihan membatik untuk menyelamatkan produksi batik tulis dalam negeri. Hal ini dipersulit juga oleh para perajin yang kesulitan untuk menjualnya di Indonesia maupun mancanegara, oleh karena itu para perajin butuh dukungan promosi. Kalau tidak bisa terjual di dalam maupu di luar negeri, maka aktivitas produksi pun terancam.
Terkenalnya batik bisa menguntungkan dan merugikan, maka dari itu kita sebagai orang Indonesia harus menjaga kebudayaan khas negeri ini yaitu batik agar lebih dikenal oleh dunia ini dan melawan pemalsuan yang merugikan kita.

sumber:https://ardajogja.wordpress.com/2013/10/17/perkembangan-seni-batik-nusantara-oleh-beda-aruna-pradana/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar